Pemuda Pekalongan, Berseragam dan Berdasi Saat Jualan Mie Lidi

Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengekspresikan diri. Termasuk bagi pemuda asal Pekalongan ini. Ia terlihat percaya diri menggunakan baju putih, celana hitam, sepatu pantofel dan dasi warna merah saat menjajakan dagangan mie lidi di sekitar Alun-Alun Kota Pekalongan. 

Namanya Sutrisno (23), seorang penjual mie lidi, makanan yang berbahan dasar tepung terigu dan berbentuk lidi, biasa ditemui di sekitaran sekolah dan tempat-tempat rekreasi. Jika dilihat dari jualannya memang biasa, tidak ada yang istimewa dari mie lidi bikinanya. Tetapi masyarakat justru tertarik pada penampilan penjualnya. Sutrisno memilih berbeda dari pedagang kebanyakan. Ia berpenampilan layaknya pegawai kantoran saat berjualan – lengkap dengan dasi merah menyala yang sudah jadi ciri khas anak pertama dari pasangan Sugeng Prayitno (60) dan Suritmi (48) ini. 

Sutrisno menceritakan jika awal mula dirinya berjualan mie lidi adalah karena mereka sekeluarga menyukai jajanan ini, dan kemudian memutuskan untuk mulai mencoba membuat sendiri. Sedangkan soal penampilannya yang unik dan kreatif itu, Sutrisno mengaku jika awalnya ia bekerja sebagai karyawan di salah satu pabrik yang mengharuskannya memakai seragam putih – hitam, seperti yang biasa digunakannya saat berjualan. 

“Saya dulu bekerja di salah satu pabrik sebagai karyawan yang kadang masuk pagi dan kadang malam, jadi ada waktu-waktu luang untuk jualan. Jadi sepulang kerja saya langsung jualan dengan seragam lengkap”, ungkapnya. 

Setelah berapa lama berjalan, banyak masyarakat yang tertarik pada penampilannya saat berjualan. Terutama ibu-ibu dan kaum hawa. Beberapa di antaranya juga meminta Sutrisno untuk bisa berfoto bersama mereka. Dari ketertarikan masyarakat itulah, kemudian Sutrisno memilih untuk fokus pada usahanya dan berhenti dari pekerjaannya sebagai karyawan pabrik. 

Hingga kini, ia sudah mampu menghabiskan hingga 5 kg mie lidi setiap hari. Ia mengaku jika keputusannya keluar dari pabrik karena ingin fokus mengembangkan usaha mie lidi yang sudah banyak diminati masyarakat.

“Saya ingin menjadi bos bagi diri sendiri dulu, sebelum jadi bos bagi orang lain. Karena itu saya memilih untuk keluar dari pabrik,” tutur anak pertama dari tiga bersaudara ini. 

Menurutnya, semakin hari dagangannya semakin diminati masyarakat, terutama ibu-ibu dan para ABG. Di antara para pelanggan itu ada yang memberi komentar jika sosok Sutrisno terlihat sangat rajin. Banyak juga yang meminta foto untuk kemudian diunggah bersama dengan penjual yang nyentrik dan kreatif. 

Sutrisno memang tergolong pemuda rajin dan ulet menekuni profesinya sebagai penjual mie lidi. Ibunya, Suritmi mengatakan jika tidak pernah ada yang memaksanya untuk jualan mie lidi, itu adalah pilihannya sendiri. “Tidak ada yang memaksa, itu idenya sendiri setelah melihat kami sekeluarga suka makan mie lidi,” kata ibunya. 

Baca Juga : Pemuda Bergerak Umar Ubah Sampah Jadi Karya Seni Bernilai Tinggi

Untuk menyiapkan dagangannya, Sutrisno melibatkan seluruh anggota keluarga. Mulai ibunya yang membuat sambal, adik pertamanya yang bertugas menggoreng mie lidi. Kemudian adik keduanya yang menyiapkan seragam, ayah yang membantu menyiapkan kendaraan dan gerobak jualannya, hingga dirinya sendiri yang berangkat ke pasar untuk membeli kebutuahan jualan esok hari. Penampilan Sutrisno yang kreatif dan menarik itu sontak membuat calon pembeli penasaran. Tidak sedikit orang yang justru tertarik berhenti dan membeli mie lidi karena ingin tahu lebih jauh soal siapa penjualnya. Pilihan Sutrisno untuk menunjukkan sisi kreatifitas pada penampilannya menjadi bermanfaat untuk mendukung perannya sebagai penjual mie lidi,  dan berpengaruh juga dalam mengembangkan omset usaha mie lidi miliknya yang kini sudah berkisar 150 hingga 200 ribu per harinya.

author avatar
Mahardika Arya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *