Sejak ditetapkannya Presiden dan Wakil Presiden terpilih Jokowi – Ma’ruf pada Senin 1 Juli 2019 yang lalu, muncul begitu banyak spekulasi terkait dengan perombakan peta koalisi partai politik petahana vs oposisi. Beredar kabar jika pihak petahana membuka dengan seluas-luasnya pintu bagi partai oposisi yang ingin bergabung dengan koalisi petahana, yang hingga kini masih dinaungi oleh PDI-P, Golkar, PKB, PBB, Nasdem, PPP, Hanura, PSI dan Perindo.
Meski ada sinyal positif dari Jokowi – Ma’ruf, Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily justru tak ingin jika partai oposisi bergabung dengan koalisi pemerintahan. Ace menilai jika partai oposisi lebih baik tetap menyerang Jokowi dari luar, karena akan sangat berbahaya jika mereka ikut bergerak dari dalam.
“Jika ada pihak-pihak yang mengaku menjadi bagian dari pemerintahan Jokowi, tetapi kemudian di depan justru teriak-teriak, itu akan sangat berbahaya bagi kelangsungan pemerintahan Jokowi,” ungkap Ace di kompleks DPR/MPR pada Rabu (3/7).
Menurutnya, yang harus dilakukan parpol pendukung Jokowi adalah mengawal berbagai kebijakan pemerintah 5 tahun mendatang. Ace juga mengatakan, bagi koalisi Prabowo – Sandi tidak begitu saja dapat dengan mudah bisa masuk ke koalisi petahana. Ia menilai jika ada banyak hal yang harus disamakan lebih dulu, terlebih kubu oposisi menyerang habis-habisan kebijakan Jokowi saat masa kampanye maupun debat pilpres yang lalu.
“Saat debat pilpres lalu kita melihat ada banyak gagasan strategis yang berbeda dari Jokowi dan Prabowo. Terlebih kubu 02 banyak melakukan kritik terhadap kebijakan-kebijakan Jokowi, misalnya saja terkait fokus pemerintah terhadap pembangunan infrastruktur,” jelas Ace.
Juru bicara TKN Jokowi – Ma’ruf itu menambahkan jika akan sulit menemukan pemersatu dari perbedaan mendasar terkait perspektif mengelola negara antara Jokowi dan Prabowo. Karena itu pihaknya melihat, tidak akan ada jaminan bila Gerindra, PKS atau Demokrat tidak akan menyerang – meski sudah sepakat merapat ke dalam pemerintahan. Ace justru khawatir, jika Jokowi – Ma’ruf tetap menerima dengan begitu saja bergabungnya partai-partai oposisi ke dalam koalisinya, justru akan menjadi seperti “duri dalam daging” yang akan mempersulit berjalannya pemerintahan 5 tahun mendatang.
“Kalau membuka peluang masuk tanpa mempertimbangkan lebih dulu kesamaan perspektif dan gagasan, saya khawatir justru akan menjadi seperti duri dalam daging,” tutur Ace. Seperti diketahui, isu perubahan peta politik itu semakin kencang terdengar setelah Prabowo Subianto resmi membubarkan Koalisi Adil Makmur yang melibatkan Gerindra, PKS, PAN, Demokrat dan Berkarya pada Jum’at (28/06) yang lalu. Di dalam pidatonya, Prabowo juga menyampaikan jika selepas pembubaran itu, ia mengembalikan segala keputusan kepada masing-masing partai.