Bertemu Cinta

Pernah suatu ketika saat temanmu Tyas wisuda. Dihari itu kau murung sekali, sebab mungkin kau kecewa atau bisa jadi kau malu, perihal teman-temanmu yang lain menyelesaikan studinya lebih dulu ketimbang kau dan Simon. Di hari itu aku juga sudah berjanji pada Tyas untuk menghadiri hari spesialnya. Tak sampai hati jika aku yang ia anggap sebagai kakak perempuannya melewatkan hari spesialnya itu. 

Selepas membeli karangan bunga krisan segar berwarna kuning berpadu dengan bunga berwana pink dan putih, aku segera menemuimu di kafetaria yang terletak di ujung persimpangan jalan tak jauh dari kampusku. Bunga ini tentu saja ku siapkan untuk Tyas. Bukan untukmu. Tak wajar jikalau aku sebagai wanita memberimu karangan bunga. Hah yang benar saja. Bisa tamat pamorku sebagai wanita. Jelas ini bukan adat kita yang menganut adat ketimuran.

Kita memilih duduk di meja bundar berukuran sedang, bercat hitam pekat, meja yang terbuat dari besi kokoh namun elegant serta menambah cantiknya ruangan, di sudut timur ruangan kafetaria. Suasananya tak cukup ramai, pengunjung memang tak begitu banyak di siang hari. Sebab kafe ini memang lebih banyak di kunjungi para mahasiswa berkantung pas-pasan layaknya anak kos pada umumnya,mereka biasanya lebih sering berkunjung di sore menjelang malam hari, atau saat akhir pekan dimana kafetria ini menyuguhkan live musik dengan band lokal yang cukup populer di kota ini.

Hari itu kau terlihat tampan. Rambutmu yang klimis hitam lurus dan sedikit memanjang, kulit putih mata sipit bak artis korea, dan tentu saja kumis tipis yang menari-nari saat bibir merahmu berbicara. Baju berkerah dengan setelan celana jeans berwarna cream dan sepatu converse berwarna abu-abu yang kau kenakan membuat mataku tak mampu berkedip. Namun segera saja ku sembunyikan ekspresi kagumku, ah bisa saja kau akan besar kepala nantinya.

Kita berjanji bertemu untuk membahas persyaratan kelulusan studimu. Mungkin tuhan memang menggariskan ini, entahlah akupun tak tahu. Kita sama-sama berasal dari universitas swasta yang sama, dengan jurusan yang serupa juga. Hanya saja, memang aku yang lebih senior dibanding dirimu. Beberapa buku yang kusiapkan dari rumah sengaja ku bawakan untuk menunjang penguatan teori dalam tulisan ilmiahmu. Kalau-kalau nantinya dosenmu bertanya refrensinya dari buku apa saat berkonsultasi dengannya.

Baca Juga Sebelumnya : Hati yang Patah

Sekitar 5 menit lamanya sembari menunggu pesanan, kita bercengkrama, membahas isi tulisan ilmiah yang kau susun. Aku menjelaskan apa-apa yang ku ketahui dari tulisan ini. Aku merinci apa-apa yang perlu kau pelajari. Sambil sesekali kau menatapku dalam sekali. Oh tuhan sorot matamu tajam sekali hingga aku mati kutu dihadapmu. Tak lama kemudian sepiring kentang goreng dan roti cenai bertabur meses dan keju serta teh beraroma melati dicampur madu tesuguhkan di meja kita. Menemani kita bercengkrama menikmati hiruk pikuknya kesibukan kota. Tak lama kemudian kulirik jam tangan menunjukkan pukul 12 siang, segera pamit diri beranjak menghadiri wisuda temanmu Tyas. Kau tetap saja bertahan pada pendirianmu. Bersikukuh tak mau menghadiri acara wisuda Tyas. Mungkin saja kau merasa malu tak bisa wisuda juga di tahun ini. Meski berulangkali aku merayu,membujukmu agar ikut serta, namun semuanya sia-sia.

Rasanya kecewa tatkala aku menghadiri wisuda Tyas seorang diri, meskipun disana ada Simon dan Kribo yang telah menungguku. Namun tetap saja aku merasa ada yang kurang karena tak hadirnya dirimu. Kini tak terasa waktu berjalan begitu cepat, sembilan bulan lamanya setelah pertemuan dikafetaria, setiap kali aku menanyakan perihal tulisan ilmiahmu, kau selalu saja menepis pertanyaan-pertanyaanku. Bahkan kau bisa dengan sangat jutek tak ingin mebalas chatku. Namun entah setan apa yang merasuki jiwamu hingga malam ini kau mengajak bertemu. Membuat kembali moment yang akan terajut menjadi sebuah kenangan. Mengulang kembali kenangan-kenangan yang telah berakar menjadi ingatan yang aku sendiri tak mengingatnya. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *