Menurut presiden VILTA, Sylvia Wantania, Guru Bantu asal Indonesia tersebut bertugas membantu para Guru dan Dosen Bahasa Indonesia di Victoria, Australia, dalam menyampaikan program-program budaya, menyiapkan bahan pengajaran dan membantu para siswa untuk berlatih percakapan secara daring.
“Sebelum diberi penugasan, para calon Guru Bantu akan dipersiapkan dan dilatih secara intensif oleh VILTA untuk menyesuaikan kondisi pengajaran di Australia,” terang Sylvia. Persiapan teresebut meliputi pelatihan guru, pengenalan kurikulum Australia dan pelatihan metode BIPA.
Dalam kesempatan tersebut, Atdikbud Najib mengapresiasi inisiasi VILTA dalam memperkuat promosi Bahasa Indonesia di Victoria dan juga UNP yang telah bersedia mengirimkan mahasiswanya untuk membantu mengajar di sekolah-sekolah Australia.
“Program semacam ini perlu dikembangkan lebih luas lagi ke depannya,” imbuh Najib.
Pengiriman Mahasiswa KKN ke Victoria, ditambahkan Najib, selain membantu mempromosikan bahasa dan budaya Indonesia di kalangan siswa-siswa Australia, tentunya juga bermanfaat bagi mahasiswa-mahasiswa tanah air untuk memperoleh pengalaman internasional.
“Hal ini sesuai dengan spirit Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka,” terang Najib.
Atdikbud Najib menilai, mahasiswa yang sedang KKN memiliki kelebihan jika membantu mengajar di sekolah-sekolah Australia.
“Mahasiswa KKN memiliki rentang usia yang tidak terlalu jauh dari siswa-siswa SMA. Usianya relatif hampir sama, sehingga mereka akan lebih mudah mendekat dengan siswa dan bisa membuat siswa menjadi lebih tertarik,” jelas Najib.
Keberadaan guru bantu di sekolah-sekolah Victoria, diakui Najib, dirasakan sangat bermanfaat baik oleh guru, siswa maupun orang tua.
Sasha-Lee Lanyon, salah seorang Guru Bahasa Indonesia di Victoria, menyebutkan bahwa guru bantu memberi kesempatan siswa-siswanya untuk bicara langsung dengan penutur asli.
“Sehingga perkembangan kemahiran siswa saya menjadi lebih cepat,” terang Sasha-Lee.