Almarhum Waton Orang Baik, Sahabat Kuliah asal Sulawesi: Oknum Polisi diduga terlibat harus di hukum, sebelum Tuhan Murka
Baru-baru ini, media sosial dihebohkan dengan berita tentang seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) bernama Rizkil Wathoni, asal yang mengakhiri hidupnya setelah dituduh mencuri dan diduga mengalami intimidasi dari oknum polisi.
Kabar ini menjadi perbincangan hangat di kalangan netizen dan turut menarik perhatian komedian Arie Kriting. Melalui akun X (sebelumnya Twitter), Arie mengungkapkan kesedihannya terhadap peristiwa tersebut.
“Rizkil Wathoni (RW), Duh, patah hati sekali membaca kronologi kematiannya. Salah sangkanya sudah diluruskan, tapi kalau yang melenceng penegakan hukumnya apa yang mau diharapkan. Bisa gak sih hukum itu dipakai untuk mendamaikan, menjaga ketentraman, dan memberi keadilan?,” kata Arie dalam akun X nya (Dulu Twitter).
Di media sosial seperti X dan Instagram, banyak netizen membagikan video yang memperlihatkan aksi perusakan Polsek Kayangan, Lombok Utara, oleh warga sebagai buntut dari kasus ini.
Dibalik peristiwa itu, seorang teman kuliah Waton asal Sulawesi bernama Zulkifli Mustafa bercerita.
“Almarhum merupakan seorang lelaki yang hebat dan bertanggung jawab. Ia meninggalkan kita semua dan keadilan harus ditegakkan,” ungkapnya dalam postingan di akun medsos facebook pribadinya.
Dirinya mengaku, sangat Kaget dan tidak menyangka mendengar kabar beliau meninggal dunia dari sahabat almarhum @bayuputradinata19.
“Saya tidak percaya dengan kenyataan itu, terutama penyebab meninggalnya Waton,” tandasnya.
Zulkifli Mustafa menjelaskan, dirinya mengenal almarhum dimasa akhir studi. Meski jurusan beda tapi di fakultas yang sama.
“Selama proses pengurusan administrasi kelulusan, kami kerap kali ketemu dan saling bercerita pengalaman hidup,” paparnya.
Selama kuliah, lanjutnya, almarhum tinggal di masjid dan sekaligus menjadi pengurus.
“Hal umum saya temukan dari kebanyakan Mahasiswa NTB selama berkuliah di Semarang. Saya bersaksi Almarhum adalah seorang yang jujur, lemah lembut, dan baik hati,” akui Julkifli.
Kesaksian ini, katanya berdasarkan pengalaman dirinya bersama almarhum.
“Di kampus kami, ada kolam yang lumayan besar. Kebetulan anak daerah macam kami suka memancing. Saya sering meminjam kail pancing almarhum dan meminta bantuan untuk mencari umpan cacing,” bebernya.
Dari momen itulah, sambung pria yang kini bekerja di Jakarta ini, dirinya bersama Waton bertukar cerita, pengalaman dan suka duka kehidupan.
“Seingat saya almarhum dua tahun merantau ke Malaysia untuk mengumpulkan rezeki agar bisa kuliah dan membantu ekonomi keluarga di kampung,” jelasnya.
“Pada tahun 2018 bencana besar terjadi di lombok, dengan terpaksa almarhum harus pulang untuk melihat keluarganya yang ditimpa bencana,” tambah Julkifli.
Di titik sinilah, kata Julkifli, almarhum membuat dirinya makin percaya bahwa rezeki anak sholeh tidak akan kemana, hanya kepada orang yang tawaduh.
“Almarhum dapat beasiswa dari lembaga Amil Zakat kampus dan menyelesaikan kuliah tepat waktu selama empat tahun. Padahal setahu saya, jurusan almarhum merupakan jurusan sulit lulus tepat waktu. Dan, tidak lama kemudian, almarhum menjadi ASN di kampung halamannya,” terangnya.
Atas berita dan cerita kematian almarhum cukup mengagetkan bagi dirinya dan dirinya sama sekali tidak mempercayainya.
“Dikabarkan dia meninggal karena bunuh diri. Dalam hati saya, kok bisa lelaki setangguh almarhum mengambil jalan untuk mengakhiri hidupnya. Ternyata saya kros cek, beliau meninggal karena di intimidasi oleh oknum polisi,” paparnya pria yang merupakan aktivis mahasiswa ini.
Ia dipaksa mengaku mencuri dan diancam pidana berat. Padahal, sebatas salah paham dan pihak yang berselisih paham sudah berdamai.
“Semoga ada keadilan yang ditegakkan dan pihak-pihak yang terkait atas kematian nya diberikan petunjuk untuk mengakui kebenaran yang sebenarnya. Sebelum Allah SWT murka, Al-fatihah buat almarhum Waton,” tutupnya.