Sebaliknya, beberapa cabang olahraga disematkan kata sesuai spesifikasi pesertanya, misal judo tuna netra, sepak bola cerebral palsy, tenis lapangan kursi roda, dan bulu tangkis kursi roda.
Mengutip Buku Pegangan Teknis Peparnas Papua yang dikeluarkan oleh NPCI, dicantumkan nomor-nomor dari 12 cabang olahraga yang dipertandingkan. NPCI pun mencantumkan persyaratan ketat agar para peserta dapat dikategorikan sebagai atlet penyandang disabilitas dan layak mengikuti pertandingan.
Misalnya, mereka wajib melengkapi diri dengan bukti-bukti pendukung berupa laporan pemeriksaan medis dari rumah sakit dan dokter bersangkutan, mengenai kondisi fisik yang dianut. Pada sejumlah cabang dimainkan Kelas Elite di mana atlet nasional dan pernah terjun di event internasional wajib mengikutinya. Setiap atlet di Kelas Elite hanya boleh turun bertanding pada satu nomor saja. Ada pula Kelas Nasional, diikuti oleh atlet daerah dan nasional yang belum pernah ikut dalam pertandingan internasional.
Baca juga : Terinspirasi Burung Kasuari, Hara dan Wara Jadi Maskot Peparnas XVI Papua 2021
Kelas Elite dan Nasional ini diberlakukan pada cabang seperti bulu tangkis, catur, judo, menembak, dan renang. Ketentuan ini dibuat agar terjadi pemerataan prestasi dari seluruh peserta Peparnas Papua.
Mengacu Standar Internasional Berbeda dengan nomor lomba pada cabang olahraga di PON, pada ajang Peparnas terdapat klasifikasi khusus berdasarkan kondisi fisik peserta. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan kode- kode tertentu di antara 12 cabang perlombaan.
Misalnya pada cabang atletik yang digelar di Stadion Utama Lukas Enembe, Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kota Sentani, Kabupaten Jayapura. Menurut NPCI, aturan nomor pertandingan Peparnas Papua untuk atletik harus mengacu kepada IPC Athletic Rules dengan klasifikasi disabilitas. Yakni hambatan fisik (tuna daksa), penglihatan (tuna netra), pendengaran (tuna rungu), dan intelektual (tuna grahita).