Ini Penjelasan NPCI Terkait Kode Khusus Nomor Pertandingan Peparnas XVI Papua

Di cabang bulu tangkis terdapat kode khusus yang menunjukkan tingkat kemampuan fisik bertanding para atletnya. Semua mengacu kepada peraturan Badminton World Federation (BWF) khusus regulasi paralimpik. Misalnya WH1 dan WH2 diperuntukkan bagi atlet bulu tangkis kursi roda (wheelchair). Lalu ada kode SL (skala 1-5) untuk Kelas Standing Lower. Semakin tinggi skalanya, maka makin kecil pula keterbatasan fisik si atlet. Ada juga kode U (skala 1-5) untuk Kelas 
Upper dari cabang yang menggelar pertandingannya di GOR Cenderawasih, Kota Jayapura. 

Masih ada Kelas Short Stature (SS6) untuk atlet yang memiliki pelambatan pertumbuhan tulang dan membuat tinggi tubuhnya lebih kecil dari sebaya. Pada cabang catur, kode khusus B1-B3 diperuntukkan bagi atlet tuna netra yang bertarung di nomor-nomor khusus klasifikasi hambatan penglihatan. Kode B1-B3 juga dapat ditemukan pada cabang judo tuna netra (blind judo) yang digelar di GOR Waringin, Kota Jayapura. 

Klasifikasi khusus juga diterapkan pada cabang menembak di Arena Menembak, Kampung Harapan, Distrik Sentani Timur, Kota Sentani, Kabupaten Jayapura. Sesuai Buku Pegangan Teknis World Shooting Para Sport edisi 2019 dan diadopsi NPCI untuk Peparnas Papua, Kelas SH1 Pistol  diperuntukkan bagi atlet dengan kemampuan gerak tubuh di bawah 25 persen. Kelas ini juga dapat diikuti oleh atlet dengan kondisi kemampuan gerak maksimal 50 persen.

Baca juga : Menpora Zainudin Amali Dukung Penuh BEM UI Gelar Olimpiade E Sport Tingkat Nasional

Untuk Kelas SH1 Rifle, atlet menembak mempunyai kemampuan gerak di bawah 25 persen. Untuk Kelas SH2 dialokasikan bagi atlet dengan kondisi kemampuan gerak 25 persen atau di bawahnya. Seluruh atlet memperoleh alat bantu berupa meja untuk meletakkan senjata bertanding agar fokus dalam membidik target. Mereka juga boleh membidik senjata dari bangku khusus (bangku tinggi) atau kursi roda. 

Semua petembak Kelas SH2 wajib didampingi loader, atau petugas pengisi peluru yang disiapkan oleh masing-masing kontingen. Loader tidak boleh berbicara atau memberikan instruksi khusus kepada atlet selama proses pengisian amunisi ke dalam chamber senjata. Loader juga bertugas membantu petembak untuk mengubah tata letak alat bantu bidik setelah adanya permintaan dari si atlet itu sendiri. 

Kemudian pada cabang renang di Arena Akuatik, Kampung Harapn, Kota Sentani, Kabupaten Jayapura, dikenal pula kode Standing (skala 1-13) bagi atlet dengan hambatan penglihatan. Pada Standing skala 13 (S13), si atlet memiliki daya penglihatan lebih baik dan ketajaman visual tertinggi. Kelas S14 diperuntukkan bagi atlet dengan hambatan intelektual (tuna grahita) dan Kelas S15 untuk atlet tuna rungu. 

Pada cabang tenis meja di Istora Papua Bangkit, Kampung Harapan, Kota Sentani, Kabupaten Jayapura, atlet tuna daksa kursi roda masuk di Kelas 1-5, dan Kelas 6-10 untuk atlet tuna daksa berdiri serta Kelas 11 untuk tuna grahita. Sedangkan Kelas TN untuk atlet tuna netra dan TRW untuk atlet tuna rungu. Sehati mencapai tujuan ciptakan prestasi, Torang Bisa!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *